Alhamdulillah...
Pondok Pesantren Nurul Yaqin, sukses menyelenggarakan HAUL MUASSIS ke-20, KH. Abdurrahman bin Salam, dan HAFLAH AL-TAKHRIJ Angkatan 61. Acara berlangsung dalam dua segmen, yaitu pada Senin Malam, (26/02/24), dan Selasa Pagi, (27/02/24). Acara dihadiri dari berbagai kalangan, Para Habaib, Alim Ulama, Pejabat, Majelis Guru, Wali Santri, Alumni, Para Santri, dan juga masyarakat.
Pada Senin Malam, Perpisahan
dan Pelepasan Santri kelas 7, yang telah menyelesaikan pendidikannya di Pondok
Pesantren Nurul Yaqin, dan akan diwisudakan esok harinya. Acara ini diadakan
dengan berbagai agenda, di antaranya yaitu: sambutan dan arahan dari Kades Ds.
Durian Lecah, ucapan terima kasih dari perwakilan Wali Santri kelas 7, untaian kata
perpisahan dari perwakilan kelas 7 yang dilanjutkan dengan Nasyid al-Wada’, dan
juga nasehat dari Pimpinan Pondok, serta ditutup dengan salam salaman.
“Setelah kembali ke kampung halaman. Jaga lah nama baik almamater Pondok dengan memelihara eksistensi kalian sebagai seorang santri, bersikap selayaknya
santri, berpakaian dengan pakaian santri, patuh dan taat terhadap orang tua,
berprilaku yang baik, karena orang yang tidak memiliki prilaku yang baik itu adalah
orang yang tak punya ilmu. Kelas 7 memang pendidikan terakhir di Pondok
Pesantren ini. Namun, sebenarnya ini belum berakhir, ini merupakan
awal dari perjuangan dalam menuntut ilmu. Karena itu, terus lah berjuang, menyambung
pendidikan yang lebih tinggi di tempat-tempat yang lain.” Ujar Pimpinan Pondok,
KH. Ahmad Sabri AR, saat memberi nasehat.
Pada Selasa Pagi, agenda acara diawali dengan Shalat
Shubuh berjamaah di Mushalla Pondok, dilanjutkan dengan berziarah ke makam
Shahibul Haul, KH. Abdurrahman bin Salam. Kemudian, acara puncak HAUL MUASSIS ke-20
dan HAFLAH AL-TAKHRIJ Angkatan 61, yang dilaksanakan di lapangan utama Pondok
Pesantren Nurul Yaqin, bersamaan dengan Peringatan Hari Besar Islam Isra`
Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Acara Puncak |
Habib Anis bin Umar Assegaf dari Majalengka, Jawa Barat, dalam taushiyahnya menyampaikan bahwa salah satu tanda keikhlasan seorang ulama dalam mendirikan pendidikan agama adalah proses belajar mengajar yang terus berlanjut, bertahan lama, hingga di waktu yang tak dapat ditentukan. Bahkan saat beliau wafat pun, pendidikan agama yang didirikannya tetap eksis dengan dilanjutkan oleh anak cucunya, murid-muridnya dan juga ulama lainnya. Pondok Pesantren Nurul Yaqin yang berdiri pada Tahun 1957, hingga saat ini tetap eksis merupakan salah satu bukti dari keikhlasan pendirinya, KH. Abdurrahman bin Salam.
Acara ditutup dengan pembacaan do’a dan tafakkur yang
dipimpin oleh Habib Anis bin Umar Assegaf di akhir taushiyahnya. Kemudian dilanjutkan
dengan ramah tamah. (Redaksi)
0 Komentar